Jumat, 23 Juli 2010

Dinginmu
(A.M Rydan)

Ricik ricik pecah didasar malam
Memainkan suci hatiku
Butir-butir lepas dari gemuruh
Melontarkan riuh sepi pada biru sajak-ku
Dingin mengendap di putih tulangku
Membawa halilintar dalam tidurku
Meresahkan kalbu yang tak bisa tahu
Dinginmu merasuki warna hatiku
Hingga ahkirnya aku kedinginan
Kesepihan
Kerinduan
Kebosanan
Bercampur jadi satu dalam kalbuku

Kejujuran Dalam Puisi
(Oleh : Kawan Tak Asing)
Sebuah lagu hati yang mempesona, dari goresan seorang penyair muda yang bakatnya terpendam dan mulai ditampakkannya melalui tulisanya ini, yakni puisi yang berjudul “Dinginmu,” melalui judulnya mungkin kita bisa menebak apa isi yang terkandung dalam judul puisi tersebut, apakah ia menggambarkan sebuah keadaan alam yang mengembarakan kedinginan pada tubuh?, apakah juga ia melukiskan sederet suasana kehidupan yang kurang bersahabat dengan penyair?.
Mungkin semua itu akan terjawab apabila kita menyodorkan segaris karyanya dalam puisi itu, kita ambil sampel pada bait terahir, ”Dinginmu merasuki warna hatiku/Hingga ahkirnya aku kedinginan/Kesepihan/Kerinduan/Kebosanan/Bercampur jadi satu dalam kalbuku,” ternyata sang penyair nampaknya mengungkapkan isi hatinya yang tengah gundah, karena nampak dari bait itu tertulis bahwa hatinya telah terjadi kesepian, kerinduan, hingga ahirnya ia mengalami kebosanan, karena mungkin telah lama tak berjumpa pada seorang yang dinilai mampu membangkitkan rasa jiwa puitisnya, seperti dalam teori penciptaan puisi, puisi itu terjadi atau bisa hadir apabila ada objeknya. Teori itu sering terdengar bahkan tidak asing lagi bagi pujangga-pujangga yang aksi kepenyairannya sangat lihai.

Telah kita lihat sebagian bait puisi karya A.M Rydan ini menjadi suatu proses kreatif yang sangat sederhana, karena ia (Penulis) mencoba menyisipkan diksi-diksi yang biasa digunakan dalam berdialog sehari-hari, namun sebenarnya puisi ini sudah termasuk dalam kategori purification of literature (kasusastraan yang murni), dan apabila ada puisi yang masuk dalam kategori tersebut, maka puisi itu bernilai baik, karena ada sebagian ahli literer yang menyebutkan bahwa puisi yang baik adalah puisi yang mengungkapkan kejujuran. Nah, kita tahu puisi yang ditulis oleh A.M Rydan ini adalah puisi yang mengutarakan tentang hatinya yang memiliki gejolak yang tidak semestinya terjadi seperti biasanya. Mungkin A.m Rydan ini salah satu penyair yang memiliki motto “kejujuran itu mahal harganya” sehingga ia menciptakan puisi dengan judul “Dinginmu” ini dengan sejujur-jujurnya.

Melalui sebuah narasi, penyair asal Lamongan ini mencoba ingin mengenalkan karya puisinya yang memiliki makna tersendiri, dari bait pertama, “Ricik ricik pecah didasar malam” sangat nampak jelas kalau kehadiran puisi ini diawali dengan narasi yang menbuktikan bahwa penyair melakukan proses kreatifnya pada suasana malam hari, mungkin karena pada waktu malam tersebut, sang penyair mulai merasakan gejolak hatinya, sehingga hadirlah sebuah karya yang sederhana namun sangat bernilai dan bermakna bagi kaum literer lainnya, karena puisi yang diciptakan oleh A.M Rydan ini bukanlah sekedar ilusi semata. Sebenarnya masih banyak puisi yang nampaknya berkualitas namun itu semua hanya mainan kata-kata.

Dari puisi yang tercipta oleh sang penyair ini, nampaknya ia tidak memberikan selirik amanat yang dihadiakan bagi para pembaca, tetapi ia lebih menonjolkan ungkapan-ungkapan hatinya, sehingga dalam puisi yang berjudul “Dinginmu” ini tidak nampak amanatnya. Dan dari segi gaya bahasa, A.M Rydan dengan lihai membumbuhi karyanya dengan metafor tersembunyi, bahkan seluruh puisi ini mengandung banyak esensi dan kaya akan gaya bahasa simbolis, coba kita kutip pada bait pertama, “Ricik ricik pecah didasar malam/Memainkan suci hatiku/Butir-butir lepas dari gemuruh/Melontarkan riuh sepi pada biru sajak-ku” dari sini tergambar sebuah lukisan hati sang penyair yang mengalami galau akibat suasana kehidupan yang kurang cocok dengannya, ricik-ricik di situ bukanlah sebuah suasana alam yang biasa kita sebut dengan hujan yang melentikkan tetesan demi tetesan menghampiri sang penyair, tetapi ricik-ricik itu menggambarkan pikiran sang penyair yang tidak karuan kemudian tumpah bersama goresan puisinya, dan di sini sang penyair mentransformasikan melaui sebuah puisi dalam diksi-diksi yang padat, dengan gaya bahasa yang tepat sang penyair mencoba menghiasi atau memperindah karya puisi dalam judul “Dinginmu” ini.

Kembali kita sebutkan bahwa puisi karya A.M Rydan sangatlah padat dan berisi, tidak hanya itu puisi “Dinginmu” ini terlahir sebagai karya yang merealisasikan kejujuran dari seorang penyair yang benar-benar terkungkung bersama fenomena alam bathin.

Tidak ada komentar: